Pesatnya perkembangan sektor industri sangat mempengaruhi peningkatan penggunaan energi. Kebutuhan energi saat ini telah menjadi isu nasional, dan langkah-langkah konkrit harus segera dilakukan untuk mewujudkan kepedulian dan pemahaman akan pentingnya manajemen dan konservasi energi oleh semua pihak. Kurangnya sistem pengelolaan sumber daya energi yang baik akan menyebabkan penggunaan energi yang tidak terkendali sehingga menimbulkan banyak kerugian terutama pada sektor industri yang memerlukan pasokan energi secara konstan selama aktif berproduksi. Oleh karena itu, artikel ini akan membahas tentang pentingnya peranan seorang “Energy Consultant”, serta apa sajakah yang dilakukan oleh seorang “Energy Consultant”.

Mengenal Lebih Jauh tentang Profesi “Energy Consultant

Seorang Energy Consultant biasanya dipekerjakan oleh lembaga pemerintah, pabrik manufaktur besar, dan perusahaan konsultan untuk menyarankan cara yang hemat biaya untuk meningkatkan penggunaan energi. Mereka mengumpulkan dan menganalisis data penggunaan energi, mengembangkan rencana manajemen energi, dan memastikan bahwa perusahaan mematuhi undang-undang lingkungan. Mayoritas Konsultan Energi berasal dari disiplin ilmu teknik dan memiliki pengalaman manajemen yang diperlukan untuk membuat dan menerapkan keputusan yang bijaksana. Untuk menjadi seorang Energy Consultant, mereka harus bisa bekerja pada data yang mendetail dan mampu memproses sejumlah besar data. Pada akhirnya, seorang Energy Consultant yang baik harus dapat menunjukkan kemampuan analitis, pemecahan masalah, dan komunikasi yang sangat baik setiap saat.

Kegiatan Management Energy dan Audit Energi 

Manajemen energi adalah kegiatan di suatu perusahaan yang terorganisir dengan menggunakan prinsip-prinsip manajemen, dengan tujuan agar dapat dilakukan konservasi energi, sehingga biaya energi sebagai salah satu komponen biaya produksi/operasi dapat ditekan serendah-rendahnya. [3] Di industri biaya energi menjadi biaya terbesar setelah bahan baku, biaya tersebut mesti dibayar setiap bulan. Biaya energi bisa dalam bentuk tagihan listrik dan bahan bakar. Karena merupakan komponen biaya besar ketika pemerintah telah menaikkan harga minyak dan listrik, maka banyak industri yang mengalami  kesulitan. Terdapat solusi yang sudah diakui secara internasional dan telah ditetapkan secara luas di negara-negara maju yaitu Energy Management Program (EnMP). Pertama menghemat penggunaan segala jenis energi dengan cara mengurangi atau menghilangkan energi terbuang (wasted energy) dan menggunakan energi secara efisien. Kedua, di beberapa industri mungkin perlu mengganti bahan bakar yang bisa digunakan pabrik dengan harga yang lebih murah, misalnya mengganti BBM (yang mahal) dengan gas (yang murah). Dengan menerapkan EnMP didapat keuntungan antara lain sebagai berikut [4]:

  1. Memangkas biaya energi
  2. Meningkatkan keuntungan perusahaan
  3. Mengurangi resiko kekurangan suplai energi
  4. Mengurangi emisi gas karbon di lingkungan perusahaan
  5. Meningkatkan kemampuan perusahaan dalam berkompetisi, karena dengan penghematan biaya yang dicapai perusahaan dapat meningkatkan kualitas produk dan service.

Kemudian audit energi merupakan salah satu kegiatan untuk mengetahui pola pemakaian energi dari alat yang menggunakan energi yang ada di gedung. Pola pemakaian energi ini diamati pada peralatan-peralatan utama penggunaan energi seperti air conditioner, lift, pencahayaan, boiler dan motor – motor listrik. Dengan didapat untuk menghasilkan program efisiensi yang sukses, audit energi mutlak dilaksanakan. Proses energi audit juga merupakan langkah awal dalam mengidentifikasi potensi – potensi penghematan energi. Audit ini akan menghasilkan data – data penggunaan energi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam program efisiensi energy dalam hal ini meminimalisasi kerugian daya yang terjadi pada jaringan yang ada hubungannnya dengan jaringan distribusi. [1]

Sebagai contoh, pada sebuah gedung, indikator utama penghematan energi umumnya menggunakan Intensitas Konsumsi Energi (IKE). IKE menunjukkan besarnya konsumsi energi (kWh) per meter persegi (m2) setiap bulan. Dalam penerapannya bagaimanakah hasil dari manajemen energi ?  Mari kita perhatikan gambar di bawah ini.


Hasil Perhitungan Intensitas Konsumsi Energi (IKE) mulai dari tahun 2007 2017
(Sumber : Kartika, S. A. (2018). Analisis Konsumsi Energi Dan Program Konservasi Energi (Studi Kasus: Gedung Perkantoran Dan Kompleks Perumahan Ti). Sebatik, 22(2), 41–50.)

Setelah dilakukan Program Hemat Energi atau Management Energi tersebut maka dapat terlihat hasil perhitungan IKE (Intensitas Konsumsi Energi) pada 2017 adalah 167,90 kwh/m2/tahun atau 13,80 kwh/m2/bulan, termasuk dalam kategori cukup efisien, dan sudah dibawah dari standar IKE untuk gedung perkantoran (240 kwh/m2 per tahun). Sedangkan selain untuk pemakaian listrik secara keseluruhan dari tahun 2007 2017, sudah menunjukkan adanya penurunan pemakaian listrik yang signifikan, yaitu sebesar 12%, dimana rata-rata pemakaian listrik mulai dari tahun 2010 – 2017 menjadi 1.216 Mwh/bulan dibandingkan dengan rata-rata pemakaian pemakaian listrik di tahun 2007 – 2009 sebesar 1.375 Mwh/bulan, sebelum dilakukan program penghematan pemakaian listrik.[3]

Daftar Pustaka

[1]Basyarach. N.A, Penangsang. Ontoseno. 2019. “Rekonfigurasi Jaringan distribusi radial untuk minimisasi rugi daya menggunakan binary particle swarm optimization”. JHP 17, Untag Surabaya

[2]J. Clerk Maxwell, A Treatise on Electricity and Magnetism, 3rd ed., J. Wahyudi, “Audit Energi Di Bidang Tata Cahaya Untuk Gedung Kampus Bonaventura UAJY”. Skripsi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2014.vol. 2. Oxford: Clarendon, 1892, pp.68–73.

[3]Kartika, S. A. (2018). Analisis Konsumsi Energi Dan Program Konservasi Energi (Studi Kasus: Gedung Perkantoran Dan Kompleks Perumahan Ti). Sebatik, 22(2), 41–50

[4]Nuha, R. U. (2013). ANALISIS PELUANG PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA UNIT SPINNING 1 DI PT . DELTA DUNIA SANDANG TEKSTIL. Demak, Jawa Tengah. Repository Unimus, 1–14.

Tagged: , , ,
LATEST POSTS
FOLLOW AND SUBSCRIBE

Energy Consultant: Providing Energy Management Service

oleh David Henry Chrisnanda time to read: 3 min
0